Al Qur’an Obat Penenang Hati
Orang yang gemar membaca Alquran, maka hidupnya bersama para malaikat dan mendapat dua pahala bagi yang belum mahir membacanya, yakni pahala membaca dan pahala belajar.
Hati manusia penuh dengan segala hal dan perasaan, tak terkecuali penyakit hati seperti iri, dengki, hasad, takabur, dusta, dan lain sebagainya. Penyakit hati tersebut terkadang dibiarkan begitu saja hingga berlarut-larut dan merusak hati serta keimanan seseorang. Untuk menyembuhkan penyakit-penyakit hati tersebut tentunya diperlukan suatu obat.
Demikian pentingnya hati seorang muslim, penyakit hati haruslah diobati. Allah SWT sendiri menyebutkan dalam Alqur’an bahwa ada hal-hal yang bisa menyembuhkan penyakit hati atau yang dikenal dengan obat hati
يَا أَيُّهَا النَّاسُ قَدْ جَاءَتْكُمْ مَوْعِظَةٌ مِنْ رَبِّكُمْ وَشِفَاءٌ لِمَا فِي الصُّدُورِ وَهُدًى وَرَحْمَةٌ لِلْمُؤْمِنِينَ
Hai manusia, sesungguhnya telah datang kepadamu pelajaran dari Tuhanmu dan penyembuh bagi penyakit-penyakit (yang berada) dalam dada dan petunjuk serta rahmat bagi orang-orang yang beriman. (QS Yunus : 57).
Al Qur’an adalah mukzizat terbesar yang Allah SWT turunkan kepada Nabi Muhammad SAW sebagai kitab suci dan pedoman bagi seluruh umat Islam.
Kandungan dalam Al-quran telah banyak menyuguhkan kisah-kisah orang terdahulu dari para Nabi dan Rosul. Al-quran telah membicarakan kisah-kisah yang menjelaskan hikmah sehingga dapat diambil sebagai petunjuk dan manfaat, agar memudahkan kita untuk memahami dan berinteraksi apa yang terkandung di dalam Kitab Suci Al Qur’an tersebut.
‘’Sesungguhnya pada kisah-kisah mereka itu terdapat pengajaran bagi orang-orang yang mempunyai akal. Al-Qur’an itu bukanlah cerita yang dibuat-buat, akan tetapi membenarkan (kitab-kitab) yang sebelumnya dan menjelaskan segala sesuatu, dan sebagai petunjuk dan rahmat bagi kaum yang beriman.’’ (QS Yusuf [12]: 111
Berbicara mengenai al-Quran sebagai syifâ’ (obat atau penawar) terhadap penyakit, hingga saat ini masih menjadi perbicangan yang menarik. Apalagi, ketika wacana itu dilanjutkan dengan fungsinya (al-Quran) sebagai rahmat (karunia) Allah. Benarkah al-Quran itu memiliki kegunaan yang seperti itu, dan apakah nilai kegunaannya bersifat mutlak atau relatif? Inilah yang kemudian memicu para tafsir al-Quran untuk menjelaskannya dengan berbagai ragam pendekatan dan metodenya. Tetapi, ketika kita cermati, semuanya bermuara pada satu pendapat, bahwa efektivitas kegunaan al-Quran sebagai syifâ’ danrahmah sangat bergantung pada manusia yang mengharapkannya. Apakah yang bersangkutan telah memenuhi persyaratan utama untuk memerolehnya? Semakin terpenuhi persyaratan utamanya, maka semakin mungkin seseorang akan memeroleh syifâ’ dan rahmah dari Allah, begitu juga sebaliknya. Yang perlu di garis bawai jawabanya tegas adalah “ IMAN “ Sebagaimana Firman Allah SWT dalam Surat Isrâ’/17: 82
وَنُنَزِّلُ مِنَ الْقُرْآنِ مَا هُوَ شِفَاءٌوَرَحْمَةٌ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَلاَ يَزِيْدُ الظَّالِمِيْنَ إِلاَّخَسَارًا
“Dan Kami turunkan dari al Quran suatu yang menjadi obat (penawar) dan rahmat bagi orang-orang yang beriman dan al-Quran itu tidaklah menambah kepada orang-orang yang zalim selain kerugian.” (QS al-Isrâ’/17: 82)
Dengan mengingat Allah maka akan menjadikan hati kita menjadi tenang. Berdzikir salah satunya adalah dengan membaca Al-Qur’an. Karena Al-Qur’an adalah basis atau landasan orang-orang yang yakin akan keagungan, kemuliaan dan kekuasaan Allah SWT. Membaca Al-Qur’an tidak hanya akan membuat kita mendapatkan petunjuk lahiriyah dan petunjuk batiniyah saja, tetapi Al-Qur’an juga akan menjadikan obat, menjadikan segala macam kebahagiaan dalam hidup kita.
Keutamaan membaca dan menghafal Al Qur’an memberi hikmah bagi kita:
Pertama, Allah SWT memberikan sepuluh pahala kebajikan bagi satu huruf ayat Quran yang kita baca. Semakin sering membaca Alquran, sebenarnya kita sedang menabung amal kebaikan di sisi Allah. Dan balasan Allah bukan hanya di akhirat kelak, tapi juga di dunia berupa sesuatu yang tidak disangka-sangka. Dari Ibnu Mas’ud, beliau berkata bahwa Rasulullah saw bersabda, “Orang yang membaca sebuah huruf dari Kitabullah (al-Quran), maka ia memperoleh suatu kebaikan, sedang satu kebaikan itu akan dibalas dengan sepuluh kali lipat yang seperti itu. Saya tidak mengatakan bahwa alif lam mim itu satu huruf, tetapi alif adalah satu huruf, lam satu huruf dan mim juga satu huruf.”(HR Imam Tirmidzi).
Kedua, Allah SWT akan mengangkat derajat orang-orang yang memuliakan Alquran dan berusaha selalu dekat dengan Quran.
Ketiga, Orang yang gemar membaca Alquran, maka hidupnya bersama para malaikat dan mendapat dua pahala bagi yang belum mahir membacanya, yakni pahala membaca dan pahala belajar. Rasulullah saw bersabda: Dari Aisyah, beliau berkata bahwa Rasulullah saw pernah bersabda, “Orang yang membaca Alquran dan dia sudah mahir dengan bacaannya itu, maka ia beserta para malaikat utusan Allah yang mulia lagi sangat berbakti, sedangkan orang yang membaca Alquran dan ia belum lancar dan merasa kesukaran dalam membacanya, maka dia memperoleh dua pahala.” (HR Bukhari-Muslim).
Keempat, Allah SWT akan menjadikan Alquran kelak di akhirat sebagai pemberi syafaat bagi yang gemar membaca dan mengamalkannya:
Kelima, Khatam bacaan Alquran adalah amalan yang sangat dicintai oleh Allah SWT. Sehingga apabila kita mempunyai cita-cita menjadi kekasih Allah, maka salah satunya adalah gemar mengkhatamkan Alquran karena hakikatnya ketika kita membaca Alquran, kita sedang berhadapan dengan firman-firman Allah.
Keenam, Allah SWT akan memberikan rasa tenang dan rahmat bagi orang-orang yang membaca dan mempelajarinya, Sabda Rasulullah saw: Abu Hurairah ra berkata bahwa Rasulullah saw bersabda, “Tidaklah suatu kaum berkumpul di salah satu rumah-rumah Allah untuk melantunkan ayat-ayat suci Alquran dan mempelajarinya, melainkanakan turun kepada mereka ketenangan, akan dilingkupi pada diri mereka dengan rahmat, akan dilingkari oleh para malaikat dan Allah pun akan menyebut (memuji) mereka pada makhluk yang ada di dekat-Nya.” (HR. Muslim).
Ketujuh, Al-Quran akan dijaga keasliannya langsung oleh Allah SWT. Salah satu cara penjagaan Allah terhadap Quran adalah dengan memuliakan para penghafalnya. Sehingga Allah akan memberikan kedudukan yang tinggi kelak di surga bagi para penghafal Quran.
Dari Abu Hurairah, Rasulullah saw bersabda, “Penghafal Alquran akan datang pada hari kiamat, kemudian Alquran akan berkata: ‘Wahai Tuhanku, bebaskanlah dia. ‘Kemudian orang itu dipakaikan mahkota karamah (kehormatan). Alquran kembali meminta: ‘Wahai Tuhanku tambahkanlah. ‘Maka, orang itu dipakaikan jubah karamah. Kemudian Alquran memohon lagi: ‘Wahai Tuhanku, ridhailah dia.’ Maka Allah SWT meridhainya. Dan diperintahkan kepada orang itu: ‘Bacalah dan teruslah naiki (derajat-derajat surga).’ Dan Allah SWT menambahkan dari setiap ayat yang dibacanya tambahan nikmat dan kebaikan.” (HR Imam).
Kedelapan, bagi seorang muslim yang tidak mempunyai hafalan al-Quran, Rasulullah mengumpamakan orang itu seperti rumah yang kumuh, kosong dan mau runtuh. Sebagai seorang muslim kita perlu menghafal Alquran, walau mungkin hanya beberapa surah dari Quran agar kita tidak termasuk apa yang digambarkan berikut ini: Rasulullah saw bersabda,“Orang yang tidak mempunyai hafalan Alquran sedikit pun adalah seperti rumah kumuh yang mau runtuh.” (HR. Tirmidzi).
Jelaslah bahwa Alquran itu sebagai rahmat dan petunjuk bagi kita umat Islam.Rahmat artinya Quran akan memberikan rasa kasih sayang kepada kita yang tak terhingga dan tak bisa dihitung. Sedangkan hidayah adalah sesuatu yang sangat berharga bagi kita sebagai petunjuk hidup dalam mendapatkan kebahagiaan dunia dan akhirat. Al-Qur’an merupakan anugerah terbesar untuk umat Nabi Muhammad SAW. Al-Qur’an adalah mukjizat yang tidak dicabut oleh Allah SWT sebagaimana mukjizat nabi-nabi terdahulu sebelum Rasulullah yang ditarik kembali dan selalu hilang ditelan waktu seiring dengan pergiliran meninggalnya sang utusan.
Maka rugilah jika ada yang sudah mendapatkan Al-Qur’an namun tidak memperlakukan anugrah terbesar itu selayaknya. Sungguhlah bodoh jika ada di antara kita yang sudah mendapatkan Al-Qur’an, sudah hafal Al-Quran, sudah bisa membaca Al-Qur’an, sudah bisa memahami Al-Qur’an dan bisa mengamalkan Al-Quran, tetapi ia tinggalkan semua ini, hanya untuk mencari jabatan dunia.