Bolehk
ah menjual tanah wakaf lalu diganti dengan tanah lain?
وَلاَ يَجُوْزُ اسْتِبْدَا لُ الْمَوْقُو ْفِ عِنْدَنَا وَاِنْ خَرَبَ ، خِلاَفًا لِلْحَنَفِ يَّةِ . وَصُوْرَتُ هُ عِنْدَهُ اَنْ يَكُوْنَ الْمَحَلُّ قَدْ آلَ اِلَى السُّقُوْط ِ فَيُبْدَلُ بِمَحَلٍّ
آخَرَ اَحْسَنَ مِنْهُ بَعْدَ حُكْمِ حَاكِمٍ يَرَى صِحَّتَهُ .
“Tidak boleh menukarkan barang wakaf menurut madzhab kami (Syafi’i), walaupun sudah rusak. Berbeda dengan madzhab Hanafi yang membolehka nnya. Contoh kebolehan menurut pendapat mereka adalah apabila tempat yang diwakafkan itu benar-bena r hampir longsor, kemudian ditukarkan dengan tempat lain yang lebih baik dari padanya, sesudah ditetapkan oleh Hakim yang melihat kebenarann ya”. (As Syarqawi II/178)
فَاِنْ تَعَطَّلَت
“Jika manfaat dari wakat tersebut secara keseluruha n sudah tidak ada, seperti rumah yang telah roboh atau tanah yang telah rusak dan kembali menjadi tanah yang mati yang tidak mungkin memakmurka nnya lagi, atau masjid yang penduduk desa dari masjid tersebut telah pindah; dan masjid tersebut menjadi masjid di tempat yang tidak dipergunak an untuk melakukan shalat, atau masjid tersebut sempit dan tidak dapat menapung para jama’ah dan tidak mungkin memperluas nya di tempat tersebut, … jika mungkin menjual sebahagian nya untuk memakmurka n sisanya, maka boleh menjual sebahagian . Dan jika tidak mungkin memanfaatk annya sedikitpun , maka boleh menjual seluruhnya “. (Syarhul Kabir juz III /420)
Masaji Antoro (PISS KTB)